my sons

15 November 2005

Ayah Kami


Jujur, dulu ketika pertama kali kami mempunyai anak, Aa. Ada sedikit keraguan apakah Mbu mampu mendidik anak kami dengan segala kekurangan kami. Tapi, ketika mbu melihat kedekatan ayah dengan anak-anak, keraguan itu hilang. Ayah begitu jadi panutan buat kami, terkadang, meski mbu sudah datang dari kantor dengan oleh-oleh ditangan, tetep aja anak-anak nanya "Mbu ayah mana ?". Pernah suatu hari ayah sangat sibuk di kantor, Aa panas, meski ada enin dan Mbu yang menunggu dengan sedih,Aa tetap menanyakan ayah.
Memang sih, ayah sangat telaten dengan anak-anak. Sangat sabar mengikuti apapun kemauan anak, biar capek sekalipun urusan maen dengan anak-anak pasti nggak bisa nolak. Apalagi kalau sakit, wah...anak-anak super dimanja, kalo Mbu bawaannya panik, ayah laen, tenang dan bisa bertindak benar.
Sayangnya ayah nggak punya waktu banyak buat kami, sering ayah belum pulang sampe jam 8 malem, anak-anak keukeuh nunggu ayah sampe pulang. Baru, ketika anak-anak rebutan telpon menyanyakan kapan ayah pulang, dan ternyata pulang larut, dengan senang hati tidur dengan Mbu. Terkadang, kalau anak-anak tahu lebih awal ayah pulang terlambat, mereka seperti lesu....nggak ada yang ditunggu, dan pasti jam 8 sudah tertidur dengan sukses, padahal biasanya jam 10.00 baru "junteng".Ah, kadang iri, kenapa ayah begitu dekat meski waktu sangat minim untuk Aa dan Ade.
Ayah, seorang yang sangat kami cintai dengan keramahannya, kelembutannya, humoris dan nggak pernah mengeluuh meski peluh sampai malam. Semuanya untuk kami.Mbu, Aa dan Ade.
Terimakasih Ayah, untuk semua yang telah diberikan kepada kami.......

1 Comments:

Blogger Lia said...

Salam'alaikum, nuhun tos mampir ka rorompok, nuhun artikelna. Katampi pisan. Salam kanggo Aa sareng ade ti Rai sareng Raka. Salam kanggo ayah mbuna ti Ibu sareng Ramana Rai Raka:)

18 November, 2005

 

Post a Comment

<< Home